Samuel atau Shmu'el (bahasa Ibrani: שְׁמוּאֵל, Standar Šəmuʼel Tiberias Šəmûʼēl ;
"El" (Allah) mendengar") adalah seorang pemimpin penting
dalam Sejarah Israel kuno. Kisahnya diceritakan dalam Alkitab
Ibrani atau Perjanjian Lama, khususnya dalam Kitab 1
Samuel.
Menurut pandangan sastra rabinik, Samuel
adalah hakim terakhir dan nabi pertama yang
mulai bernubuat di Negeri Israel. Ia hidup di antara dua zaman, yaitu
zaman hakim-hakim dan zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat
dalam Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim.
Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja
Saul dan Raja Daud. Samuel melayani menjelang keruntuhan amfiktioni
dan berhasil memelihara kesatuan suku-suku Israel.
Terjemahan harafiah dari Samuel ialah Allah
mendengar ('Shama', mendengar; 'El', Allah), sesuai dengan Samuel 1:20; di
situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang
permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya. Ayahnya
adalah Elkana. Elkana bertempat tinggal di Rama (1 Sam 1:19;. 2:11;. Comp
28:3), di distrik Zuph. Silsilahnya juga ditemukan dalam silsilah dari Kehat (1
Taw. 6:3-15) dan dalam Heman, cicitnya (ib. vi. 18-22). Menurut tabel silsilah,
Elkana adalah, seorang Lewi. Hana istri Elkana, seorang wanita
mandul sehingga sulit punya anak, seperti Abraham istri Sarah. Hana berdoa
kepada Tuhan untuk seorang anak. Eli yang duduk di kaki tiang pintu dalam
tempat kudus di Silo, melihat rupanya menggumam dan berpikir Hana mabuk, tapi
akan segera mengetahui dan yakin keadaan Hana sebenarnya timbulah semangat dan
ketenangan. Eli, sesuai dengan Kitab Samuel, nama seorang imam Silo, dan salah
satu Hakim Israel terakhir sebelum aturan raja-raja di Israel kuno. Dia
memberkati setelah dia menjanjikan anak kepada Allah. Selanjutnya Hana hamil, anaknya
adalah Samuel. Setelah ia disapih, ia meninggalkan dia dalam perawatan
Eli dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai seorang "nazir"
untuk seumur hidupnya. Di sini segala kebutuhan fisiknya serta
pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah
Suci, sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. Demikianlah,
barangkali sekitar dua belas tahun dari hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda
itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan
manusia." Pada masa itu pula terjadi kemerosotan moral yang hebat di
Israel.
Dalam kemerosotan moral, kewibawaan Samuel mencuat yang
ditandai peristiwa luar biasa, saat berusia sekitar 13 tahun, Samuel mendengar
suara memanggil namanya. Persoalan usia menurut Yosefus, Samuel adalah sekitar
12 tahun. Ia awalnya berpikir suara itu berasal dari Imam Eli dan pergi ke Imam
Eli untuk bertanya apa yang ia ingin katakan.... Eli, bagaimanapun, menyuruh
Samuel kembali tidur. Setelah ini terjadi tiga kali Eli menyadari bahwa suara itu
adalah milik Allah, dan menginstruksikan Samuel tentang bagaimana menanggapi.
Setelah Samuel menanggapi Tuhan mengatakan kepadanya bahwa kejahatan anak-anak
Eli telah mengakibatkan keturunan mereka yang dihukum alami kehancuran. Eli
meminta Samuel untuk jujur menceritakan kepadanya apa yang telah diberitahu, dan setelah menerima
komunikasi hanya mengatakan bahwa Tuhan harus melakukan apa yang tampaknya
tepat untuk diriNya sendiri.
Wahyu Ilahi yang diterima Samuel muda (anak-anak atau
remaja) diketahui orang banyak dan Samuel telah dipercaya untuk memegang
jabatan nabi ( 1 Samuel 3:20) Kemudian hari Israel alami kekalahan tragis saat
berperang dengan Filitin dimana bansa Israel tergelincir oleh pola pikir bangsa
sekitar-Nya dengan membawa tabut perjanjian sebagai jimat dalam berperang
seharusnya bukan membawa tabut perjanjian tanda kehadiran YHWH melainkan
bertanya dahulu kepada TUHAN . Dengan meninggalnya anak-anak Eli maka secara
tidak langsung dinyatakan bahwa Samuel mengambil alih kekuasaan dari Eli
yang kemudian meninggal. (1 Samuel 7:16)
Kekalahan Israel bukan karena disebabkan oleh karena Allah
tidak berdaya terhadap para ilah Filistin melainkan karena Dia mengukum bangsa
Israel yang alami kemerosotan spiritual. Tabut perjanjian dikembalikan kepada
Israel setelah TUHAN ALLAH menghukum bangsa Filitine tidak dengan benar
menghormati-Nya dan menjaga kekudusan-Nya yang dinyatakan lewat Tabut
Perjanjian.
Selama 20 tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh
negeri berada di bawah penindasan bangsa Filistin. Selama tahun-tahun ini
Samuel menjadi kekuatan spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama,
tempat kelahiran dan tempat tinggalnya, pengaruhnya meluas ke seluruh
negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk
menegur, mengecam rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan
mengajak mereka bertobat.
Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal
kepada Tuhan. Samuel mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit
tertinggi di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan
Samuel, memeprsiapkan diri untuk perang besar melwan bangsa Filistin yang kini
datang dengan kekuatan penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel untuk
selama-lamanya. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu.
Samuel, pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan.
Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan
banyak dari mereka yang tewas. Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan
periode damai yang panjang di Israel. Selama itu Samuel melakukan tugas
sebagai Hakim, berjalan keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama
ke Betel, ke Gilgal kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama.
Belajar dari sejarah Hakim-Hakim, bahwa setelah panutan
meninggal pengaruhnya berantakan maka Samuel memberikan perhatian
terhadap pendidikan dan pemerintahan yang teratur. dengan tujuan pulihnya
kehidupan susila sesuai standar dan ketaatan kepada Hukum Taurat. Samuel
membangun lembaga lembaga perguruan mengangkat mental bangsa dan membina ibadah
kepada Tuhan dan memberikan pengajaran mengenai Allah. Sebagai pemimpin agama,
Samuel memanggil rakyat untuk mengadakan pertobatan nasional dan ingat akan
perjanjian-Nya (1 Sam 7:3) dan sebagai kepala urusan-urusan sekuler, ia
berkeliling mengadili Israel ( 1 Sam 7:16)
Ketika Samuel sudah tua dan mendekati akhir masa tugasnya,
para penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5, 19-22). Samuel
mengangkat putra-putranya menjadi hakim di Bersyeba, tetapi mereka
ternyata tidak jujur dan korupsi. Para penatua Israel, mengantisipasi
penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta ancaman dari bani Amon, menuntut
agar seorang raja dipilih untuk memerintah bangsa Israel. Hal ini
mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat dengan mereka dan memberi peringatan
konsekuensi adanya raja (lihat 1 Samuel pasal 8). Akhirnya, setelah diberi
petunjuk oleh Allah, Samuel menerima tuntutan mereka dan
mengurapi Saul menjadi raja Israel.. Sebelum meminta diri dari bangsa
itu untuk pensiun, Samuel mengumpulkan bangsa itu di Gilgal dan
dengan khidmad menjabarkan kembali hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim
dan nabi (1 Samuel pasal 12).
Menurut Dr. Kitto, "Permintaan sosok raja bukanlah
seruan yang timbul dari orang-orang bodoh, melainkan dari kemauan dan
permufakatan tua-tua Israel, yaitu orang-orang yang telah lanjut usia dan
tinggi kedudukannya serta besar pengaruhnya di antara orang Israel. Keputusan
ini hasil perundingan dan permusyawarahan. Permintaan ini bukanlah timbul dari hasil
doa sehingga keputusan ini bukan langkah maju beserta ALLAH melainkan langkah
mundur tanpa Allah. Hal ini menunjukkan betapa seringnya ketidakpercayaan
diselimuti dengan "hikmat" dan "musyawarah"
Tuhan memberitahukan Samuel untuk menerima usul dari tua-tua
Israel karena Tuhan yang memberikan kebebasan kepada manusia termasuk umat-Nya
~ Israel termasuk menolak Tuhan (1 Sam 8:6) Samuel pun memberi nasihat dan
peringatan atas keputusan yang telah diambil. J Sidlow Baxter memandang dari
tuntutan tua-tua Israel ada 3 hal yang menjadi perhatian, yaitu :
Alasan lahiriah adalah kemerosotan perilaku anak-anak
Samuel.
Motif tidak kelihatan yaitu supaya mereka menjadi sama
seperti bangsa-bangsa lain.
Israel menolak teokrasi
Dalam zaman modern maka tuntutan menolak teokrasi selaras
dengan "hak menentukan nasib sendiri". Tuhan sebagai Raja dan
Panglima Israel yang menjadikan Israel damai zaman Samuel dengan mengalahkan
Filistine karena penyertaan Tuhan, memandang dirinya bersama rajanya mampu
lakukan yang sama dan atau jauh lebih baik. Rakyat Israel dibawa untuk
bersandar kepada manusia dan sistem bukan meletakkan kepada Tuhan.
Samuel kemudian mengurapi Saul jadi raja dan kemudian Daud.
Sisa hidupnya dihabiskan di kota Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul
kembali di depan umum (1 Samuel 13, 15) membawa firman Allah untuk Saul. Ketika
bersedih atas berbagai kejahatan yang jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh
Allah pergi ke Betlehem untuk
mengurapi Daud bin Isai menjadi raja Israel kedua, yang
kelak menggantikan raja Saul (1 Samuel 16).
Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi
Yahudi, tanggal kematiannya adalah 28 Iyar, kemungkinan pada usia sekitar
80 tahun. Seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di
rumahnya di Rama, bukan di dalam rumah itu sendiri, melainkan di halaman
rumahnya (bandingkan 2 Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1
Raja-raja 2:34; Yohanes 19:41) Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat
khusus dari Allah untuknya disebutkan di bagian Alkitab yang lain,
yaitu Yeremia 15:1 dan Mazmur 99:6.
Bagi orang Kristen Injili, Samuel dianggap sebagai
Nabi, Hakim, dan Pemimpin yang bijaksana Israel, dan diperlakukan sebagai
contoh komitmen terpenuhi kepada Allah. Pada kalender liturgi Ortodoks Timur,
hari raya nya adalah 20 Agustus. Ia diperingati sebagai salah satu nenek moyang
Kudus dalam Kalender Suci Gereja Apostolik Armenia pada 30 Juli. Dalam Gereja
Ortodoks Koptik, peringatan kepergian Samuel Nabi dirayakan pada 9 Paoni.
Samuel atau Shmu'el (bahasa
Ibrani: שְׁמוּאֵל, Standar Šəmuʼel Tiberias Šəmûʼēl ;
"El" (Allah) mendengar") adalah seorang pemimpin penting
dalam Sejarah Israel kuno. Kisahnya diceritakan dalam Alkitab
Ibrani atau Perjanjian Lama, khususnya dalam Kitab 1
Samuel.
Menurut
pandangan sastra rabinik, Samuel
adalah hakim terakhir dan nabi pertama yang
mulai bernubuat di Negeri Israel. Ia hidup di antara dua zaman, yaitu
zaman hakim-hakim dan zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat
dalam Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim.
Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja
Saul dan Raja Daud. Samuel melayani menjelang keruntuhan amfiktioni
dan berhasil memelihara kesatuan suku-suku Israel.
Terjemahan
harafiah dari Samuel ialah Allah mendengar ('Shama',
mendengar; 'El', Allah), sesuai dengan Samuel 1:20; di situ dikatakan
bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah
akan seorang anak, dan Allah mendengarnya. Ayahnya adalah Elkana. Elkana
bertempat tinggal di Rama (1 Sam 1:19;. 2:11;. Comp 28:3), di distrik Zuph.
Silsilahnya juga ditemukan dalam silsilah dari Kehat (1 Taw. 6:3-15) dan dalam
Heman, cicitnya (ib. vi. 18-22). Menurut tabel silsilah, Elkana adalah, seorang
Lewi. Hana istri Elkana, seorang wanita mandul sehingga sulit punya
anak, seperti Abraham istri Sarah. Hana berdoa kepada Tuhan untuk seorang anak.
Eli yang duduk di kaki tiang pintu dalam tempat kudus di Silo, melihat rupanya
menggumam dan berpikir Hana mabuk, tapi akan segera mengetahui dan yakin
keadaan Hana sebenarnya timbulah semangat dan ketenangan. Eli, sesuai dengan
Kitab Samuel, nama seorang imam Silo, dan salah satu Hakim Israel terakhir
sebelum aturan raja-raja di Israel kuno. Dia memberkati setelah dia menjanjikan
anak kepada Allah. Selanjutnya Hana hamil, anaknya adalah Samuel. Setelah ia
disapih, ia meninggalkan dia dalam perawatan Eli dan mempersembahkannya
kepada Tuhan sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya. Di
sini segala kebutuhan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum
perempuan yang melayani di Kemah Suci, sementara Eli mengawasi
pendidikan keagamaannya. Demikianlah, barangkali sekitar dua belas tahun dari
hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai,
baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia." Pada masa itu pula
terjadi kemerosotan moral yang hebat di Israel.
Dalam
kemerosotan moral, kewibawaan Samuel mencuat yang ditandai peristiwa luar
biasa, saat berusia sekitar 13 tahun, Samuel mendengar suara memanggil namanya.
Persoalan usia menurut Yosefus, Samuel adalah sekitar 12 tahun. Ia awalnya
berpikir suara itu berasal dari Imam Eli dan pergi ke Imam Eli untuk bertanya
apa yang ia ingin katakan.... Eli, bagaimanapun, menyuruh Samuel kembali tidur.
Setelah ini terjadi tiga kali Eli menyadari bahwa suara itu adalah milik Allah,
dan menginstruksikan Samuel tentang bagaimana menanggapi. Setelah Samuel
menanggapi Tuhan mengatakan kepadanya bahwa kejahatan anak-anak Eli telah
mengakibatkan keturunan mereka yang dihukum alami kehancuran. Eli meminta
Samuel untuk jujur menceritakan kepadanya apa yang telah diberitahu, dan
setelah menerima komunikasi hanya mengatakan bahwa Tuhan harus melakukan apa
yang tampaknya tepat untuk diriNya sendiri.
Wahyu Ilahi
yang diterima Samuel muda (anak-anak atau remaja) diketahui orang banyak dan
Samuel telah dipercaya untuk memegang jabatan nabi ( 1 Samuel 3:20) Kemudian
hari Israel alami kekalahan tragis saat berperang dengan Filitin dimana bansa
Israel tergelincir oleh pola pikir bangsa sekitar-Nya dengan membawa tabut
perjanjian sebagai jimat dalam berperang seharusnya bukan membawa tabut
perjanjian tanda kehadiran YHWH melainkan bertanya dahulu kepada TUHAN . Dengan
meninggalnya anak-anak Eli maka secara tidak langsung dinyatakan bahwa Samuel
mengambil alih kekuasaan dari Eli yang kemudian meninggal. (1 Samuel
7:16)
Kekalahan
Israel bukan karena disebabkan oleh karena Allah tidak berdaya terhadap para
ilah Filistin melainkan karena Dia mengukum bangsa Israel yang alami
kemerosotan spiritual. Tabut perjanjian dikembalikan kepada Israel setelah
TUHAN ALLAH menghukum bangsa Filitine tidak dengan benar menghormati-Nya dan
menjaga kekudusan-Nya yang dinyatakan lewat Tabut Perjanjian.
Selama 20
tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh negeri berada di bawah
penindasan bangsa Filistin. Selama tahun-tahun ini Samuel menjadi kekuatan
spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama,
tempat kelahiran dan tempat tinggalnya, pengaruhnya meluas ke seluruh
negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk
menegur, mengecam rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan
mengajak mereka bertobat.
Usahanya
berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan. Samuel
mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit tertinggi di Israel. Di
sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel, memeprsiapkan
diri untuk perang besar melwan bangsa Filistin yang kini datang dengan kekuatan
penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel untuk selama-lamanya. Samuel
berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel, pemimpin mereka,
juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan. Bangsa Filistin dipukul
mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan banyak dari mereka yang
tewas. Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang
di Israel. Selama itu Samuel melakukan tugas sebagai Hakim, berjalan
keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke
Gilgal kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama.
Belajar dari
sejarah Hakim-Hakim, bahwa setelah panutan meninggal pengaruhnya berantakan
maka Samuel memberikan perhatian terhadap pendidikan dan pemerintahan
yang teratur. dengan tujuan pulihnya kehidupan susila sesuai standar dan
ketaatan kepada Hukum Taurat. Samuel membangun lembaga lembaga perguruan
mengangkat mental bangsa dan membina ibadah kepada Tuhan dan memberikan
pengajaran mengenai Allah. Sebagai pemimpin agama, Samuel memanggil rakyat
untuk mengadakan pertobatan nasional dan ingat akan perjanjian-Nya (1 Sam 7:3)
dan sebagai kepala urusan-urusan sekuler, ia berkeliling mengadili Israel ( 1
Sam 7:16)
Ketika
Samuel sudah tua dan mendekati akhir masa tugasnya, para penatua Israel datang
kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5, 19-22). Samuel mengangkat putra-putranya
menjadi hakim di Bersyeba, tetapi mereka ternyata tidak jujur dan korupsi.
Para penatua Israel, mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta
ancaman dari bani Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk
memerintah bangsa Israel. Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat
dengan mereka dan memberi peringatan konsekuensi adanya raja (lihat 1
Samuel pasal 8). Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel menerima
tuntutan mereka dan mengurapi Saul menjadi raja Israel.. Sebelum
meminta diri dari bangsa itu untuk pensiun, Samuel mengumpulkan bangsa itu
di Gilgal dan dengan khidmad menjabarkan kembali hubungannya dengan
bangsa itu sebagai hakim dan nabi (1 Samuel pasal 12).
Menurut Dr.
Kitto, "Permintaan sosok raja bukanlah seruan yang timbul dari orang-orang
bodoh, melainkan dari kemauan dan permufakatan tua-tua Israel, yaitu
orang-orang yang telah lanjut usia dan tinggi kedudukannya serta besar
pengaruhnya di antara orang Israel. Keputusan ini hasil perundingan dan
permusyawarahan. Permintaan ini bukanlah timbul dari hasil doa sehingga
keputusan ini bukan langkah maju beserta ALLAH melainkan langkah mundur tanpa
Allah. Hal ini menunjukkan betapa seringnya ketidakpercayaan diselimuti dengan
"hikmat" dan "musyawarah"
Tuhan
memberitahukan Samuel untuk menerima usul dari tua-tua Israel karena Tuhan yang
memberikan kebebasan kepada manusia termasuk umat-Nya ~ Israel termasuk menolak
Tuhan (1 Sam 8:6) Samuel pun memberi nasihat dan peringatan atas keputusan yang
telah diambil. J Sidlow Baxter memandang dari tuntutan tua-tua Israel ada 3 hal
yang menjadi perhatian, yaitu :
- Alasan
lahiriah adalah kemerosotan perilaku anak-anak Samuel.
- Motif
tidak kelihatan yaitu supaya mereka menjadi sama seperti bangsa-bangsa
lain.
- Israel
menolak teokrasi
Dalam zaman
modern maka tuntutan menolak teokrasi selaras dengan "hak menentukan nasib
sendiri". Tuhan sebagai Raja dan Panglima Israel yang menjadikan Israel
damai zaman Samuel dengan mengalahkan Filistine karena penyertaan Tuhan,
memandang dirinya bersama rajanya mampu lakukan yang sama dan atau jauh lebih
baik. Rakyat Israel dibawa untuk bersandar kepada manusia dan sistem bukan
meletakkan kepada Tuhan.
Samuel
kemudian mengurapi Saul jadi raja dan kemudian Daud. Sisa hidupnya dihabiskan
di kota Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul kembali di depan umum (1
Samuel 13, 15) membawa firman Allah untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai
kejahatan yang jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke
Betlehem untuk mengurapi Daud bin Isai menjadi raja Israel
kedua, yang kelak menggantikan raja Saul (1 Samuel 16).
Samuel mati
di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi Yahudi, tanggal kematiannya adalah
28 Iyar, kemungkinan pada usia sekitar 80 tahun. Seluruh orang Israel
berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama, bukan di
dalam rumah itu sendiri, melainkan di halaman rumahnya (bandingkan 2
Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1 Raja-raja 2:34; Yohanes
19:41) Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat khusus dari Allah untuknya
disebutkan di bagian Alkitab yang lain, yaitu Yeremia
15:1 dan Mazmur 99:6.
Bagi orang
Kristen Injili, Samuel dianggap sebagai Nabi, Hakim, dan Pemimpin yang
bijaksana Israel, dan diperlakukan sebagai contoh komitmen terpenuhi kepada
Allah. Pada kalender liturgi Ortodoks Timur, hari raya nya adalah 20 Agustus.
Ia diperingati sebagai salah satu nenek moyang Kudus dalam Kalender Suci Gereja
Apostolik Armenia pada 30 Juli. Dalam Gereja Ortodoks Koptik, peringatan
kepergian Samuel Nabi dirayakan pada 9 Paoni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar